Sabtu, 26 Oktober 2013

Journey To Baduy (Oktober 2010)

Foto ini diambil ketika tahun 2010, bulan Oktober, di desa Kanekes Baduy bersama salah seorang tetua adat di Baduy. Saat itu saya masih kelas 3 SMA. Sedang mengerjakan tugas akhir penelitian mengenai kebudayaan masyarakat baduy. Kebetulan sekolah kami (Sma Kosgoro Bogor), mewajibkan murid-murid kelas 12 untuk membuat laporan seperti skripsi yang akan di presentasikan sebagai tugas akhir. Setiap jurusan memiliki pilihan untuk membuat laporannya. Jurusan IPA laporannya mengenai Peternakan dan Perkebunan Strawberry di Lembang-Bandung. Sedangkan jurusan IPS laporannya mengenai kebudayaan masyarakat baduy. Jadi pada semester satu, menjelang UAS, kami tiap jurusan akan pergi ke tempat tujuan untuk observasi (anak IPA ke Bandung, anak IPS ke Baduy). Kami observasi disana selama 3 hari, ditemani beberapa guru pembimbing. Obeservasi ke Baduy adalah pengalaman yang tidak akan pernah saya (dan juga teman-teman lainnya) lupakan seumur hidup. Bagaimana tidak? Baduy adalah suku pedalaman yang masih primitif. Selain itu kami memang belum pernah menginjakan kaki kesana sebelumnya. Tempatnya agak terpencil, dari Terminal kami harus berjalan menuju Baduy luar selama 4 jam. Bayangkan! Disana tidak ada akses kendaraan. Jalannya masih berupa bukit, lembah, dan hutan. Dengan kondisi cuaca yang kurang mendukung, karena pada waktu itu sedang musim hujan, dan tanah di hutan tersebut menjadi basah dan licin. Harus sangat berhati-hati agar tidak sampai terjatuh. Kami menitipkan koper ke tukang yang memang bertugas membawa tas-tas berat, koper, dan barang-barang. Karena medannya cukup berat dan sulit, jadi kami hanya membawa tas ransel yang menempel di punggung. Kalau koper dan tas lainnya di bawa oleh tukang tersebut. Kami harus merogoh kocek 10 ribu rupiah untuk setiap barang bawaan yang diangkut. Mereka bukan warga baduy , mereka adalah warga banten yang biasa mangkal di terminal. Dan memang pekerjaan mereka itu mengangkut tas-tas pengunjung yang ingin ke baduy. Sungguh pekerjaan yang luarbiasa! Jalan selama 4 jam dengan segala medan yang ada saja, sudah cukup menyulitkan, ditambah lagi harus membawa bawaaan yang banyak dan pastinya sangat berat. Berbekal gantar (kayu panjang) saja mereka bisa membawa tas-tas kami yang begitu banyaknya. Alhamdulilah, rezeki untuk mereka :)
Setelah 4 jam, kami sampai di Baduy luar. Para pengunjung yang ingin datang ke Baduy dan menginap, tidak diperbolehkan untuk menginap di Baduy dalam. Alasannya Baduy dalam itu nilai-nilai tradisinya masih sangat terjaga. Berbeda dengan Baduy luar yang sudah lebih welcome dengan para pendatang. Kalau ingin berkunjung ke Baduy dalam, boleh saja, asal tidak menginap. Dan perjalanan ke Baduy dalam di butuhkan waktu 4 jam lagi Baduy luar. Kami beristirahat di rumah penduduk. Guru-guru menempati rumah ketua adat (Pu'un). Sekolah kami sering mengadakan kegiatan observasi ini dari tahun ke tahun, sudah sekitar 10 tahun berjalan, sehingga masyarakat Baduy sendiri sudah mengenal guru-guru dan sekolah kami. Setiap rumah warga di isi 1 kelompok. Kelompok tersebut untuk menjadi room mate selama di Baduy. Satu kelompok terdiri dari 10 orang. Tentunya dipisah ya antara kelompok laki-laki dan perempuan :D
Kami cukup kaget karena harus beradaptasi dengan lingkungan disini. Warga baduy jam 7 malam sudah tidur. Jam 6 sore sudah gelaaaaap sekali disini, hanya diterangi oleh cahaya obor karena warga disini tidak mau memakai listrik karena katanyaaa tidak sesuai dengan tuntunan adat istiadat mereka. Selain itu, jika ingin mandi, bab,bak, cuci muka, wudhu, dsb kami harus ke sungai yang tidak terlalu jauh dari rumah warga. Sempat aneh karena harus mandi di tempat terbuka dan malu rasanya jika ada teman cowok yang melihat :( Jadi ketika di Baduy, saya cari aman. Saya mandi ketika sungai sudah sepi dan hari-hari selanjutnya, saya tidak mandi, hanya cuci muka dan gosok gigi saja! Hahahaha (Jorki.com :p). Saya juga merasa kesulitan ketika harus (maaf) Bab, karena tidak terbiasa jika harus di sungai, sehingga saya terpaksa menahannya hingga pulang ke Bogor. (maaf ya readers tapi ini memang kenyaatan asli penulis) Lanjut, tetapi sungai di Baduy itu sangat berbeda jauuuuh dibandingkan sungai di Bogor. Sungainya bersih sekali, jernih, bening, airnya tidak terkontaminasi zat kimia apapun, dan alamnya itu, subhanallah masih asri sekali. Esok harinya kami pergi melanjutkan observasi ke Baduy dalam, setelah malam sebelumnya kami sempat mewawancarai ketua desa (bisa dibilang lurah) yaitu Jaro Dainah (Atau Jaro apa namanya? Lupa lagi). Tim observasi sendiri dibagi menjadi sebuah kelompok. Satu kelas ada banyak kelompok. Satu kelompok terdiri dari 5-6 orang. Saya kebetulan menjadi ketua kelompok dan pembicara pada saat presentasi.  Karena badan saya seperti habis digebukin dan masih babak belur setelah jalan 4 jam membawa ransel yang berat, saya dan beberapa orang teman memutuskan untuk tidak ikut ke baduy dalam. Sayang sekali ya? hehehe tapi biarkanlah saya cape sekali rasanya saat itu. Jadi kami malah main-main di sungai ketika teman-teman yang lain sedang ke Baduy dalam :p Ini fotonya :


Selama di Baduy luar kami selain observasi tentang apa yang menjadi bahan observasi kami (kelompok saya tentang tempat tinggal warga baduy), kami juga berinteraksi dengan warga disana. Meski jujur saya kurang cocok dengan makanan disana. Untungnya saya membawa bekal nasi dan empal buatan ibu saya untuk bekal 3 hari disana. Dan saya juga membawa snack dan minuman ringan. Lucunya, di Baduy luar itu warganya sudah ada yang membuka warung. Sama seperti di Bogor, menjual aneka kebutuhan (kecuali sabun, deterjen, dan odol karena tidak diperbolehkan disana). Kebanyakan menjual bahan-bahan sembako dan juga makanan kecil. Saya bersama teman-teman saya bolak-balik jajan ke warung. hehehe... disana juga ada tukang es loder! hahahaha... rasanya feels like home jika tidak teringat dengan gangguan sinyal hanpdhone yang kami alami disini. Kami sempat merasa bete karena tidak ada listrik, sinyal, dan alat-alat elektronik. Tapi kami jadi belajar. Belajar untuk kembali ke alam dan meninggalkan barang-barang elektronik selama beberapa hari. Karena pastinya selama di Bogor hidup kita selalu berkutat dengan barang-barang elektronik selama hampir 24 jam.
Ada yang menarik, saat teman-teman dari Baduy dalam sudah kembali ke baduy luar dengan pakaian kotor penuh lumpur (karena waktu itu hujan deras), salah satu teman saya ada yang pingsan di atas bukit dan sudah berjam-jam tidak bangun. Kami semua khawatir dan panik. Apalagi kami teman dekatnya. Sebut saja namanya Nita. Nita pingsan di atas bukit karena kelelahan. Namun sudah berjam-jam dia tidak bangun. Kami semua sangat khawatir. Dia seperti orang yang kerasukan. Teriak-teriak, marah-marah, berontak, tapi tidak tersadar dari tidurnya. Duh jadi ngeri! Saya teringat pesan ibu saya untuk selalu menjaga sholat dimanapun berada dan senantiasa tidak lepas untuk mengingat Allah. Karena tahu sendiri Baduy itu masih daerah yang terpencil. Dan hal-hal mistis masih kental sekali disana. Percaya ga percaya sih yaaa... Namun sebagai antisipasi saya membawa yasin dan juga garam obat (garam itu dipakai buat mengobati orang yang sakit, sudah dingajikan alqur'an terlebih dahulu). Akhirnya, yasin dan garam obat itu terpakai juga. Jaga-jaga takut kenapa-kenapa dan ini kejadian sama Nita teman saya. Saya dan beberapa teman yang lain membacakan yasin untuk nita yang sedang kerasukan. Lalu ada yang memegang tangan dan kakinya yang sedang berontak. Setelah dia sadar, kami semua lega. Kami takut sekali niat kenapa-napa. Guru saya saja sampai ada yang menangis. Begitu pula saya dan teman-teman yang lain. Kami semua khawatir dan sama sekali tidak mengharapkan hal ini terjadi. Menjadi pelajaran yang berharga sekali agar selalu paralun dimanapun berada, menjaga lisan agar tidak berbicara sembarangan, tak lepas dari dzikrullah agar senantiasa dilindungiNya, dan jangan bengong! Itu hal yang paling utama. Ini tempat yang masih sangat terpencil dan you know lah, kalau bengong kemungkinan besar ABCD-Z bisa masuk dan mengganggu. Ih naudzubillah!! #Merinding Dan memang nita ini hobinya BENGONG. Gak di Bogor, gak di Baduy, bengong everywhere, everytime. Makanya setelah dia pulih, kami terus berusaha untuk mengingatkan dia supaya pikirannya jangan sampai kosong. Untuk sholat di Baduy, agak sulit. Karena kami tidak tahu dengan arah kiblatnya. Warga Baduy sendiri menganut agama sunda wiwitan (animisme), dan hampir tidak ada yang beragama islam. Jadi ketika solat, saya mengikuti kata hati saja kemana arah kiblatnya. Allah maha tahu saat keadaan mendesak seperti ini. Saya sempat ragu akan kebersihannya, karena banyak babi dan anjing yang berkeliaran di bawah rumah penduduk. Tapi untungnya tidak sampai masuk ke rumah penduduk. Karena takut najis dan tidak sah sholatnya.

Hari ketiga, saatnya kami pulang. Yeaaaaay!! Sudah rinduuu sama Bogor dan segala sesuatunya. Saya sampai nangis semalam sebelumnya karena kangen sama rumah. Kangen sama televisi. Kangen sama angkot. Kanget sama Handphone yang berfungsi. Dan kangen sama keluarga. Sampai mimpi dijemput oleh ibu untuk pulang. ahahahahaha dasar waktu itu masih bocah :p Kami sempat berfoto sebelum prepare jalan kaki (lagi) menuju terminal dan naik bis lalu pulang ke Bogor. Sebelum pulang kami berdoa terlebih dahulu agar diberi kelancaran dan keselamatan. Saat jalan 4 jam menuju terminal, saya sempat meminum mata air di hutan karena kehausan (sebenernya masih ada minum cuma penasaran aja). Rasanya sejuk dan segar sekali. Teman saya, silvia, bahkan menyimpan mata air tersebut ke dalam botol mineralnya. Saya sempat kagum sama kebaikan dan kepolosan warga Baduy. Kami jalan paling belakang saya dan dua orang teman saya dikarenakan salah satu teman kami tidak boleh terlalu lelah dan jatuh, karena dia sakit. Bersama puun baduy (yang asli namanya lupa) yang ada di foto di atas. Bapak tersebut menuntun teman saya yang sakit tersebut sampai ke terminal. Baik sekali bapak. Terimakasih yaa. Pengalaman ke Baduy sungguh luarbiasa dan tidak akan pernah terlupakan sampai kapanpun.
Baduy adalah bukti keindahan tradisi, alam, dan kebudayaan Indonesia. Betapa kayanya negri kita tercinta ini :)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar